Today:Thursday, 2 May 2024
prosedur operasi bariatrik untuk menangani obesitas

Operasi Bariatrik untuk Penderita Obesitas-Apakah Seefektif itu?

Operasi Bariatrik

Operasi bariatrik adalah operasi yang dilakukan pada orang yang mengalami obesitas untuk menurunkan berat badan

Operasi bariatrik juga dapat dilakukan untuk mengatasi diabetes, tekanan darah tinggi, sleep apnea, gangguan kolesterol tinggi dan penyakit lainnya. 

Pada operasi bariatrik, dilakukan pembedahan kecil menggunakan teknik minimal invasif (laparoskopi dan pembedahan secara robotik). Kelebihan prosedur ini adalah memberikan pengalaman nyeri yang minimal setelah operasi, meminimalkan komplikasi dan masa pemulihan dengan lebih cepat. 

Tujuan Operasi Bariatrik

Tujuan dari operasi bariatrik adalah memodifikasi lambung dan saluran pencernaan dalam mengatasi obesitas dan penyakit penyertanya. 

Operasi bariatrik membuat ukuran lambung kamu menjadi lebih kecil dan membuat jalur pintas atau bypass ke usus. Operasi bariatrik membuat kamu makan lebih sedikit dan mempercepat proses perubahan makanan menjadi energi sehingga tidak mudah lapar. 

Mekanisme Mendasar dari Operasi Bariatrik

Operasi bariatrik memberikan dampak penurunan berat badan melalui 3 mekanisme mendasar yaitu malabsorpsi, restriksi dan respon neurohormonal yang mengatur keseimbangan rasa lapar dan energi.

1. Malabsorpsi 

Prosedur malabsorpsi menurunkan efektivitas penyerapan zat gizi dengan memperpendek penyerapan fungsional usus kecil, baik melalui bypass area permukaan penyerapan usus kecil atau pengalihan sekresi biliopancreatic yang memfasilitasi penyerapan.

2. Restriksi 

Prosedur restriksi membatasi asupan kalori dengan mengurangi kapasitas reservoir lambung melalui reseksi, bypass, atau pembuatan saluran keluar lambung bagian ujung. 

3. Kombinasi Restrisi dan Malabsorpsi

Prosedur yang sudah ada seperti bypass lambung Roux-En-Y (RYGB), BPD dengan  duodenum dan bypass ileum duodenum anastomosis tunggal dengan gastrektomi. 

Jenis-Jenis Operasi Bariatrik

1. Bypass Lambung

Operasi bypass lambung adalah salah satu jenis operasi bariatrik yang paling umum. Sederhananya, ada dua bagian prosedur. 

Pertama sebuah kantong kecil dibuat di bagian atas perut, memisahkan diri dari bagian atas lambung. 

Kemudian, bagian pertama dari usus kecil dibagi, dan ujung bawah usus kecil terhubung ke kantong kecil yang baru dibuat di perut. 

Akhirnya bagian atas usus kecil yang terbagi terhubung ke bagian bawah usus kecil, yang mengubah aliran makanan dan menghasilkan perubahan hormon usus. 

Prosedur ini membatasi jumlah makanan yang dapat ditampung lambung, serta membatasi penyerapan kalori dan zat gizi.

2. Sleeve Gastrectomy 

Operasi ini melibatkan pengangkatan sekitar 80% bagian lambung. Yang tersisa adalah kantong berbentuk tabung. 

Setelah prosedur ini selesai dilakukan, lambung menjadi lebih kecil, sehingga tidak bisa menampung banyak makanan. 

Selain itu, salah satu prosedur operasi bariatrik ini juga mengurangi produksi hormon ghrelin, yang mengatur nafsu makan.

3. Gastric Band 

Gastric band dapat melibatkan penempatan pita tiup di sekitar bagian atas perut, yang menciptakan kantong lebih kecil di bagian atas. 

Hasil akhir dari prosedur ini akan membuat lebih sedikit makanan yang dapat disimpan dan kamu akan lebih cepat kenyang. Ukuran gastric band berkurang seiring dengan waktu dengan penyesuaian berulang. 

4. Duodenal Switch

Pengalihan biliopancreatic dengan duodenal switch (BPD/DS) juga memiliki dua bagian. Pertama sebagian perut dibuat membentuk kantong berbentuk tabung (mirip dengan sleeve gastrectomy). Kedua, sebagian besar usus kecil dilewati. Operasi ini tergolong sangat efektif namun juga berisiko tinggi seperti kekurangan vitamin atau malnutrisi. 

Dari keempat jenis prosedur operasi bariatrik ini, yang sering dilalukan adalah sleeve gastrectomy dan bypass lambung.

Siapa saja yang Direkomendasikan untuk Melakukan Prosedur Operasi Bariatrik?

Dikutip dari sciencedirect, operasi bariatrik direkomendasikan untuk orang dengan indeks massa tubuh 35-40 kg/m2 disertai penyakit penyerta yang serius. 

Selain itu, dokter juga akan mempertimbangkan pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dengan IMT 30-35 kg/m2, penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, penyakit fatty liver, dan sleep apnea.

Adapun kontraindikasi untuk operasi bariatrik termasuk gagal jantung berat, penyakit jantung koroner tidak stabil, penyakit paru stadium akhir, kanker, sirosis dengan hipertensi portal, ketergantungan obat atau alkohol, penyakit crohn dan sedang merencanakan kehamilan dalam kurun waktu 1 sampai 2 tahun kedepan.

Manfaat Operasi Bariatrik

Selain dapat mengatasi berat badan berlebih pada penderita obesitas, diketahui bahwa operasi bariatrik dapat memperbaiki atau mengatasi kondisi yang berkaitan dengan obesitas, seperti 

Risiko Operasi Bariatrik

Pada umumnya operasi bariatrik relatif aman dan efektif, namun dapat menimbulkan beberapa komplikasi, beberapa diantaranya dapat fatal jika tidak diatasi segera. Risiko atau komplikasi dari operasi bariatrik dibagi menjadi 2 yaitu risiko jangka pendek dan jangka panjang. 

Adapun risiko jangka pendek dari operasi bariatrik yang mungkin terjadi, yaitu

a. Kebocoran di Area Penyambungan Usus

Perlu kita waspadai jika ada gejala peningkatan denyut jantung, sesak napas, demam dan nyeri perut. Tanda klinis tersebut mungkin saja menjadi penanda timbulnya kebocoran usus setelah operasi bariatrik.

b. Sumbatan atau Usus Terpuntir

Umumnya orang yang mengalami sensai perut terasa penuh dan terjadi regurgitasi.

c. Perdarahan 

Kondisi gawat darurat ini perlu penanganan segera, pada umumnya terjadi di area penyambungan usus namun pernah dilaporkan juga berasal dari trauma di organ limpa, area mesenterik dan intra abdomen.

d. Tromboemboli di Pembuluh Darah Vena

Kejadian ini jarang terjadi namun masih menjadi penyebab mortalitas setelah tindakan. Umumnya terjadinya 3 minggu setelah operasi.

Risiko ini bisa terjadi pada orang dengan IMT > 50 kg/m2, durasi operasi > 4 jam, gangguan pembekuan darah dan penderita obesitas dengan sindrom hipoventilasi.

e. Risiko Lain

  • Infeksi 
  • Efek samping dari obat anestesi

f. Risiko Jangka Panjang dari Operasi Bariatrik

Risiko jangka panjang yang bisa saja terjadi akibat operasi bariatrik meliputi 

    • Sumbatan usus (band slippage, kerusakan usus, iskemia, erosi, dan pseudoakalasi)
    • Sindroma Dumping, memicu terjadinya diare, sakit kepala, mual, dan muntah
    • Batu empedu
    • Hernia
    • Hipoglikemia
    • Gastric ulcer
    • Refluk asam lambung
    • Operasi kedua atau perbaikan kondisi
    • Kematian

Kesimpulan: Operasi Bariatrik Efektif untuk Menurunkan Berat Badan

Berdasarkan studi kohort yang dilakukan di Korea membuktikan bahwa operasi bariatrik jangka panjang secara signifikan menurunkan berat badan, menjaga penurunan berat badan, dan juga dapat mengatasi obesitas dengan penyakit komorbidnya dibandingkan dengan pengobatan konvensional .

Pada studi ini juga didapatkan bahwa orang obesitas yang sudah menjalankan operasi bariatrik dapat menjaga penurunan berat badannya selama 5-7 tahun dibandingkan dengan orang yang menjalankan pengobatan konvensional.

Tentunya sebelum keputusan untuk dilakukan operasi bariatrik ini, perlu dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Dokter akan menganalisa apakah kamu bisa dilakukan operasi ini serta menilai risiko yang dapat terjadi.

Perlu diingat bahwa operasi bariatrik ini penuh dengan segala risiko medis ya dan sebaiknya kamu dapat mencoba pengobatan konvensional terlebih dahulu seperti pengaturan pola makan yang sehat dan seimbang, olahraga rutin, dan obat-obatan jika memang dibutuhkan.

Share