Today:Thursday, 2 May 2024
Preeklamsia merupakan kasus yang sering terjadi pada ibu hamil. Bagaimana cara mengenali dan mengatasinya?

Preeklamsia pada Ibu Hamil – Mengapa Berbahaya?

Preeklamsia pada Ibu Hamil

Preeklamsia pada ibu hamil adalah peningkatan tekanan darah secara drastis saat hamil sebagai salah satu tandanya. Berbahayakah kondisi ini bagi ibu hamil dan janin? Simak artikel berikut ini!

Apa Itu Preeklamsia pada Ibu Hamil?

Preeklamsia merupakan komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan. Biasanya ditandai dengan tekanan darah yang tinggi (hipertensi), tingginya kadar protein dalam urin (proteinuria), atau dengan tanda lain. Menurut Preeclampsia Foundation, hal ini dapat terjadi pada 5-8% dari semua kehamilan di Amerika Serikat.

Preeklamsia sering terjadi setelah 20 minggu masa kehamilan. Tetapi di beberapa kasus, kondisi ini dapat terjadi lebih cepat (kurang dari 20 minggu) atau terjadi paska melahirkan.

Tanda Gejala Preeklamsia pada Ibu Hamil

Berikut adalah tanda gejala yang perlu diperhatikan:

  • Proteinuria
  • Pembengkakan (edema) pada tungkai, tangan, atau wajah 
  • Mual dan muntah
  • Nyeri di area perut atau bahu
  • Nyeri punggung bawah
  • Perubahan penglihatan seperti pandangan kabur

Diagnosis Preeklamsia

Kondisi Keterangan
Tekanan darah
  • ≥160/110 mmHg (dikonfirmasi selama beberapa menit) atau 
  • ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu (dikonfirmasi lebih dari 4 jam) jika tekanan darah sebelumnya normal
Proteinuria  Saat dilakukan tes urin dengan sampel 24 jam, ditemukan adanya protein ≥300 mg
Oliguria  Urin berjumlah <500 ml dalam 24 jam
Trombositopenia  Jumlah trombosit <100.000µl (berhubungan dengan fungsi ginjal atau masalah dengan pertumbuhan janin)
Insufisiensi ginjal Serum kreatinin 0,1 mg/dL atau dua kali lipat konsetrasi kreatinin serum tanpa adanya penyakit ginjal lainnya
Gangguan fungsi hati Peningkatan transaminase hati hingga dua kali konsentrasi darah normal

Selain itu, jika sebelum kehamilan ibu hamil tidak memiliki riwayat hipertensi, ibu hamil mungkin mengalami preeklamsia. Peningkatan tekanan darah ini dapat terjadi secara tiba-tiba dan tanpa peringatan.

Penyebab Preeklamsia pada Ibu Hamil

Belum ada identifikasi pasti dari dokter mengenai penyebabnya, namun ada beberapa penyebab potensial yang sedang didalami, diantaranya:

  • Faktor genetik
  • Pembuluh darah

Beberapa menyebutkan, preeklamsia dimulai dari plasenta. Pada awal kehamilan, pembuluh darah baru berkembang untuk memberikan oksigen dan zat gizi ke janin melalui plasenta.

Pada wanita dengan kondisi preeklampsia, kemungkinan pembuluh darah tidak berkembang atau bekerja dengan baik. Masalah dengan sirkulasi darah di plasenta dapat menyebabkan pengaturan tekanan darah yang tidak teratur pada ibu.

Cara Mengatasi Preeklamsia

Dalam mengatasi preeklamsia, perawatan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Melahirkan

Jika usia kehamilan memasuki usia 37 minggu atau lebih, dokter dapat menyarankan untuk melakukan persalinan. Di usia ini, bayi sudah cukup berkembang dan tidak dianggap lahir secara prematur.

Jika ibu hamil mengalami preeklamsia sebelum 37 minggu, dokter akan mempertimbangkan kesehatan ibu hamil dan bayi saat menentukan kapan waktu persalinan. Hal Ini bergantung banyak faktor, termasuk usia kehamilan bayi, apakah persalinan dapat dilakukan, dan seberapa parah kondisi serta gejala yang dirasakan.

Persalinan bayi biasanya mengatasi kondisi tersebut.

b. Perawatan lain selama kehamilan

Dokter mungkin akan memberi obat untuk membantu menurunkan tekanan darah. Dokter mungkin juga memberi obat untuk mencegah kejang.

Dokter juga dapat menyarankan ibu hamil untuk ke rumah sakit agar dilakukan pemantauan yang lebih menyeluruh. Penatalaksanaan kondisi ini dilihat dari apakah preeklamsia tersebut dalam kategori ringan atau berat.

Preeklamsia berat ditandai dengan:

  1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih tinggi pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak minimal 6 jam.
  2. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/mikroliter) – gangguan fungsi hati – pertumbuhan janin terhambat
  3. Jumlah urin <500 mL dalam 24 jam
  4. Proteinuria 5g dalam urin 24 jam
  5. Pandangan kabur
  6. Edema paru (penumpukan cairan pada paru)

Jika ibu hamil memiliki gejala seperti di atas, segera dapatkan bantuan medis. Hubungi dokter jika ibu hamil menunjukkan tanda yang tidak biasa pada kehamilan, untuk keselamatan ibu dan anak. 

c. Perawatan setelah Melahirkan

Setelah bayi dilahirkan, kondisi ini biasanya akan menurun dalam waktu 48 jam. Namun, dapat terjadi juga bahkan setelah melahirkan. Karena dalam beberapa kasus, kejadian ini tidak terdeteksi selama kehamilan. Preeklamsia postpartum biasanya dapat terjadi antara 48 jam hingga 6 minggu setelah melahirkan.

Konsultasikan dengan dokter dan ahli gizi untuk perawatan preeklamsia lebih lanjut serta mendapat saran terkait gizi.

Faktor Resiko Preeklamsia

Dalam jurnal yang ditulis Fox, 2019, ada beberapa faktor resiko tinggi yang menyebabkan preeklamsia:

  • Gagal ginjal kronis
  • Autoimun 
  • Hipertensi kronis.
  • Usia ibu >40 tahun
  • IMT obesitas (35)
  • Hamil kembar
  • Jarak kehamilan >10 tahun

Mari Jaga Kesehatan saat Hamil!

Di masa kehamilan, penting untuk menjaga kesehatan bayi dan ibu, termasuk konsumsi makanan dengan gizi seimbang, vitamin, dan pengecekan kesehatan dengan tenaga kesehatan.

Rekomendasi Sirka

Memastikan kesehatan selama kehamilan sangat penting bagi ibu hamil agar janin di dalam kandungannya selalu sehat dan terhindar dari masalah/penyakit.

Ahli gizi kami dapat membantumu untuk menjaga kesehatan selama kehamilan agar janin tumbuh dengan optimal sesuai dengan usia kandungannya hingga akhirnya lahir ke dunia ini.

Ingin kesehatan selama kehamilan terjaga, sehingga calon buah hatimu tumbuh dengan sehat? Ayo klik tautan ini untuk informasi lebih lanjut!

Share